Advertisement

BEDAH BUKU: Memulai Mengelola Sampah Bersama Komunitas

Media Digital
Selasa, 19 Maret 2024 - 04:47 WIB
Ujang Hasanudin
BEDAH BUKU: Memulai Mengelola Sampah Bersama Komunitas Suasana bedah buku berjudul Cara Mengelola Sampah Mandiri Bersama Komunitas di TK ABA Sumber, Pedukuhan Tembesi, Kalurahan Ponjong, Kapanewon Ponjong pada Senin (18/3/2024). - Harian Jogja / Andreas Yuda Pramono

Advertisement

GUNUNGKIDUL—Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) DIY menggelar bedah buku berjudul Cara Mengelola Sampah Mandiri Bersama Komunitas di TK ABA Sumber, Pedukuhan Tembesi, Kalurahan Ponjong, Kapanewon Ponjong pada Senin (18/3). Saat ini, persoalan sampah semakin mendesak untuk diselesaikan menyusul ditutupnya Tempat Pembuangan Sampah terpadu (TPST) Piyungan.

Salah satu penulis buku tersebut, Esaputri Purwandari mengatakan persoalan sampah di Gunungkidul dan kabupaten/kota lain mendesak untuk diselesaikan. Hanya saja Gunungkidul masih memiliki lahan luas untuk mengelola sampah jika dibandingkan dengan Kota Jogja.

Advertisement

“Di desa memang lahannya masih luas. Tetapi kalau sampah dicampur terus menerus itu tidak menyelesaikan masalah. Kemarin ada orang mau membuat pondasi dengan menggali tanah yang muncul plastik,” kata Esaputri ditemui di Gedung TK ABA Sumber, Senin.

Esaputri menambahkan pengelolaan sampah dapat dimulai dari komunitas. Sebab itu dia dan tiga orang lain menulis buku pengelolaan sampah berbasis komunitas seperti komunitas organisasi Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan Karang Taruna. Sampah yang telah dikelola dari tingkat rumah tangga akan ditangani di tingkat lanjut di tempat pembuangan akhir (TPA).

“Sampah bisa jadi uang ketika dijual ke pengepul. Ini menarik untuk masyarakat dalam pengelolaan sampah mandiri. Dari situ ada pengelolaan bisnisnya,” katanya.

BACA JUGA: Ada Sekolah Penggerak Kerukunan di Kabupaten Gunungkidul

Dia menegaskan buku yang dia dan temannya tulis sangat praktis dan taktis dalam memberi panduan pengelolaan sampah. Tidak hanya itu, ada juga langkah pembentukan komunitas.

Sekretaris Komisi D DPRD DIY, Imam Taufik mengatakan bedah buku tersebut diharapkan memunculkan kelompok-kelompok bank sampah. Apabila sudah terbentuk Pemda DIY dapat memberikan fasilitas pengelolaan sampah melalui APBD.

“Kemarin-kemarin itu ada anggaran pembinaan bagi kelompok-kelompok bank sampah. Di level kabupaten juga kami koordinasikan agar melakukan kegiatan yang mirip, dengan anggaran lebih banyak,” kata Imam.

Pustakawan Ahli Muda DPAD DIY, Hardi Nugroho mengatakan program bedah buku selama ini dirancang berkelanjutan, dengan begitu tidak berhenti pada tataran teori saja. Berkelanjutan yang dia maksud adalah DPAD akan mengidentifikasi peserta yang ditindaklanjuti dalam tataran praktik. “Kami ambil beberapa peserta dan kami dampingi dalam mengelola sampah yang benar dan baik. Itu yang akan kami wujudkan dalam tahun-tahun ke depan,” kata Hardi. (***)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Jakarta Tetap Ibu Kota Indonesia hingga Ada Penetapan Baru

News
| Senin, 29 April 2024, 23:17 WIB

Advertisement

alt

Komitmen Bersama Menjaga dan Merawat Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Kamis, 25 April 2024, 22:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement