Advertisement

Disperindag DIY Prediksi Harga Naik hingga Akhir Tahun

Yosef Leon
Senin, 05 Agustus 2024 - 13:57 WIB
Maya Herawati
Disperindag DIY Prediksi Harga Naik hingga Akhir Tahun Ilustrasi beras / Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY memprediksi harga pangan khususnya beras bakal naik sampai dengan akhir tahun nanti lantaran musim kemarau yang berkepanjangan.

Berdasarkan panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), Senin (5/8/2024) pukul 08.00 WIB, rata-rata harga beras premium terpantau di level Rp16.020 per kilogram (kg) atau naik 3,02% dari harga kemarin. Selain itu, harga beras medium juga naik 1,91% menjadi Rp13.850 per kg.

Advertisement

Adapun, rata-rata harga beras premium masih di dalam rentang harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan, yaitu sekitar Rp14.900 - Rp15.800 per kg. Sementara harga beras medium rata-rata sudah di atas HET yang ditetapkan, yaitu sekitar Rp12.500 - Rp13.500 per kg.

Selain itu, harga beras stabilisasi pasokan dan harga (SPHP) Bulog rata-rata hari ini naik 0,95% menjadi ke level Rp12.720 per kg. Harga beras SPHP Bulog telah berada di atas HET yang ditetapkan, yaitu Rp12.500 per kg.

Kepala Disperindag DIY Syam Arjayanti menjelaskan, fenomena kenaikan harga beras setiap tahun selalu berulang pada pertengahan tahun sampai menjelang akhir tahun. Hal ini disebabkan karena faktor cuaca yang pada bulan tersebut berlangsung musim kemarau.

"Kalau dari data kami naiknya tidak terlalu tinggi. Kenaikan itu karena panen juga telah usai," kata Syam, Senin (5/8/2024).

Menurutnya, pada pertengahan tahun sampai akhir tahun seperti sekarang tingkat produksi dan kebutuhan konsumsi beras memang mengalami selisih. Rata-rata kebutuhan konsumsi lebih besar dibandingkan dengan jumlah produksi beras.

BACA JUGA: Gunakan Dana Darurat, Bulan Ini Pemkab akan Bangun TPSS di Kawasan Bantul Selatan

"Angka konsumsi beras DIY itu 88 kg per kapita per tahun, tinggal dikali jumlah penduduk saja," ungkapnya.

Syam menyebut tidak mengantongi data jumlah produksi beras di wilayah setempat. Hanya saja wilayah ini memang masih mengandalkan produksi padi gogo yang banyak ditaman di Kabupaten Gunungkidul.

"Tanaman padi kan sangat tergantung dari air apalagi DIY karakteristik tanahnya beda dengan area lain, sehingga musim kemarau seperti sekarang sangat terasa," ungkapnya.

Terkait dengan upaya pengendalian harga beras dilakukan dengan menggelar operasi pasar yang rutin dilaksanakan setiap bulan di setiap kabupaten kota. Dalam operasi pasar itu barang kebutuhan pokok dijual dengan harga yang relatif murah dibandingkan harga pasaran.

"Kami juga tengah menjajaki peluang kerja sama dengan NTB yang beberapa waktu lalu kami kunjungi, tapi komoditasnya masih didiskusikan. Semoga dalam waktu dekat sudah final apa yang mau dikerjasamakan,"  katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Didukung Koalisi Besar, RK-Suswono targetkan Menang Satu Putaran di Pilgub Jakarta

News
| Senin, 16 September 2024, 22:17 WIB

Advertisement

alt

Kota Jogja Masih Jadi Magnet Wisatawan

Wisata
| Minggu, 08 September 2024, 11:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement