Guguran Lava Terjadi Ratusan Kali di Merapi, Material Mengarah ke Kali Bebeng
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Ratusan guguran lava masih terjadi Gunung Merapi dalam sepekan terakhir. Dalam kurun waktu pengamatan 11 – 17 Oktober 2024, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat setidaknya ada 302 guguran lava yang terjadi. Masyarakat diimbau untuk menjauhi dari titik potensi bahaya.
Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso mengungkapkan dalam sepekan terakhir ratusan guguran lava teramati terjadi di Gunung Merapi. Suara gugurannya bahkan terdengar belasan kali dari pos pemantauan.
Advertisement
"Pada pekan ini guguran lava teramati sebanyak 302 kali ke arah hulu Kali Bebeng sejauh maksimal 1.900 meter. Suara guguran terdengar 11 kali dari Pos Kaliurang dan Pos Babadan dengan intensitas kecil hingga sedang," kata Agus dihubungi pada Minggu (20/10/2024).
Berdasarkan analisis foto udara, Agus menerangkan jika volume kubah barat daya mengalami peningkatan. Volume kubah barat daya sebesar 2.999.700 meter kubik, sedangkan kubah tengah sebesar 2.360.600 meter kubik.
Meski tidak ada perubahan morfologi secara signifikan pada morfologi kubah tengah, Agus mengungkapkan terdapat perubahan morfologi kubah barat daya. Salah satu penyebab perubahan ini karena adanya aktivitas guguran lava.
"Morfologi kubah barat daya teramati adanya perubahan akibat adanya aktivitas pertumbuhan kubah dan guguran lava," katanya.
Selanjutnya berdasarkan sejumlah hasil pengamatan visual dan instrumental, Agus menerangkan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. Status aktivitas ditetapkan dalam tingkat Siaga.
Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer.
Pada sektor tengah potensi bahaya meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer dan Sungai Gendol sejauh maksimal lima kilometer. Lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak.
"Data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya," ujarnya.
BACA JUGA : Kunjungan Wisata Sleman Tunjukkan Tren Positif, Ini Datanya
Masyarakat diimbau tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya. Masyarakat juga diminta mewaspadai bahaya lahar dan awan panas guguran (APG) terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Pakar Hukum Sebut Penegak Hukum Harus Kejar hingga Tuntas Pejabat yang Terlibat Judi Online
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Program Makan Bergizi Gratis Butuh Kolaborasi Lintas Sektoral
- Tak Cuma Ribuan Alat Timbang dan Ukur, Pemkab Gunungkidul Juga Tera Ulang SPBU
- Artjog 2025 Mulai Disosialisasikan, Ajak Seniman dan Penikmat Seni Ikut Ramaikan Lebaran Seni
- 5 Hari Penuh, Puluhan Pelajar Kulonprogo Jadi Nelayan
- Pengusaha Muda, Giffari Naufal Arisma Putra, Berkunjung ke Yogyakarta
Advertisement
Advertisement