4 Warga Sleman Meninggal Dunia Akibat Leptospirosis, Masyarakat Diminta Waspada
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Dinas Kesehatan Sleman mencatat hingga pekan kedua November 2024 ada warga terjangkit leptospirosis sebanyak 24 kasus. Penyebaran penyakit ini menyebabkan empat warga meninggal dunia.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Sleman, Khamidah Yuliati mengatakan, ada tren penurunan kasus leptospirosis di Bumi Sembada. Hal ini terlihat dari temuan kasus hingga Selasa (12/11/2024) yang mencatat ada 24 warga yang terpapar penyakit disebabkan air kecing tikus mengandung bakteri leptospirosa.
Advertisement
“Tahun lalu hingga akhir Desember ada 60 kasus temuan penyakit leptospirosis,” kata Yuli, sapaan akrabnya, Selasa siang.
Tren penurunan juga terlihat dari angka kematian dari penyakit leptospirosis. Di tahun ini, sudah ada empat warga yang meninggal dunia karena penyakit tersebut.
“Tahun lalu yang meninggal ada enam orang. Mudaha-mudahan penyebaran leptospirosis bisa terus terkendalikan dan kasus maupun kematian karena penyakit ini tidak bertambah,” ungkapnya.
Meski angka kasus tidak setinggi di 2023, Yuli tetap mengingatkan kepada Masyarakat untuk mewaspadai penyebaran penyakit ini. Pasalnya, memasuki musim penghujan ada potensi kenaikan kasus dikarenakan leptospirosis juga termasuk penyakit musiman, khususnya saat penghujan.
“Kita tidak tahu genangan air yang ada terpapar kencing tikus atau tidak sehingga kewaspadaan harus terus ditingkatkan agar tidak terkena leptospirosis. Budayakan cuci tangan dan kaki serta seluruh bagian tubuh yang kontak dengan sabun sebagai upaya pencegahan,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Cahya Purnama mengatakan, penyakit leptospirosis masuk kategori zoonosis karena bisa menular ke manusia melalui perantara hewan. Biasanya, penyakit ini disebabkan air kecing tikus yang mengandung bakteri leptospirosa.
Oleh karenanya, ia meminta kepada Masyarakat yang berada di Kawasan pertanian maupun perikanan untuk lebih berhati-hati. Guna mengurangi risiko penyebaran, bisa menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, Sepatu both saat beraktivitas.
BACA JUGA : Leptospirosis di Gunungkidul Capai 16 Kasus dalam 6 Bulan Terakhir di 2024
Pihaknya berkomitmen melakukan sosialisasi terhadap pencegahan bahaya penyakit leptospirosis. Selain itu, juga ada upaya menggalakkan program Gerakan Kesehatan Masyarakat (Germas) dengan melibatkan kader-kader Kesehatan di Tingkat kalurahan.
“Penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat [PHBS] serta rutin berolahraga dan makan-makanan bergizi sangat penting dalam upaya menjaga Kesehatan sehingga tidak mudah terserang penyakit,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Ini Cara Calon Wali Kota Wujudkan Iklim Inklusivitas di Kota Jogja
- Rencana Pindah dan Pembangunan RPH Baru di Bawuran Bantul Terancam Gagal
- Museum Wayang Beber Sekartaji Jadi Jujugan Wisatawan Mancanegara
- Uji Coba Makan Gratis di DIY Libatkan 2.000 Siswa di Sleman dan Bantul
- Mendikdasmen Kaji Ulang Kurikulum Merdeka Belajar dan Ujian Nasional, Begini Sikap Pemda DIY
Advertisement
Advertisement