Advertisement
Di Ujung Barat Sleman, Ada Literasi Desa Tumbuh Bangkitkan Anak hingga Orangtua untuk Belajar dan Bermain

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Sebuah tempat bermain dan belajar berbasis literasi yang antimainstream bisa ditemukan pada salah satu dusun ujung barat Sleman tepatnya di Betakan, Sumberahayu, Kecamatan Moyudan. Namanya Literasi Desa Tumbuh.
Adalah sepasang suami istri Desy Ery Dani dan Noor Huda Ismail yang mendirikan Literasi Desa Tumbuh yang kini telah menjadi yayasan. Desy Ery Dani adalah mantan dosen Ilmu Perpustakaan Universitas Diponegoro yang cukup lama berdomisili di Singapura. Sedangkan Noor Huda Ismail, tentu tidak asing, seorang multitalent sebagai akademisi, sineas, penulis buku yang cukup banyak mendalami terkait terorisme, pembuat film yang menuntaskan magister dan doktornya di Skotlandia dan Australia.
Advertisement
Memanfaatkan halaman samping rumahnya, Desy Ery Dani dan Noor Huda Ismail menampung masyarakat tanpa sekat ekonomi untuk datang bermain, berdiskusi dan belajar. Menariknya, bukan hanya anak yang bisa mengikuti, namun juga orangtua.
BACA JUGA: Ratusan Ribu Penerima Bansos Terindikasi Terlibat Judi Online, Ini Komentar Sosiolog UGM
Seperti terlihat pada Minggu (20/7/2025) ratusan anak-anak bermain dan belajar dengan ditemani pendamping. Mereka belajar membuat layang-layang, bermain mainan tradisional dan lain-lain di bawah pohon rindang yang asri. Sedangkan di ruangan lain ada puluhan ibu-ibu mengikuti pelatihan memasak. Sebuah kombinasi yang jarang bisa diciptakan oleh lembaga pendidikan formal.
Literasi Desa Tumbuh yang kemudian populer dengan LDT berdiri memang diawal dari kegelisahan Desy Ery Dani. Di mana saat berlibur bersama ketiga anaknya di Betakan pada pertengahan 2024, ia melihat langsung minimnya akses anak-anak terhadap buku bacaan yang berkualitas.
Oleh karena itu sejak 2024 silam LDT didirikan dan kini sudah memasuki usia tahun pertama. Cara untuk mendatangkan masyarakat dilakukan dengan lebih dahulu menyasar ibu-ibu melalui program pelatihan angklung hingga kemudian mampu menarik minat anak-anak untuk ikut belajar literasi.
"Istri saya ini awalnya membuat perpustakaan di samping rumah, tetapi kemudian saya bilang kalau cuma perpustakaan seperti ini siapa yang mau datang. Akhirnya muncul ide pengembangan dengan konsep seperti ini, mereka tidak hanya belajar literasi tetapi juga bisa bermain," kata Noor Huda Ismail, Minggu.
Menariknya LDT tidak sekadar menghadirkan buku sebagai bacaan fisik semata. Namun juga memvisualkan isi buku melalui konsep human library. Dalam beberapa kesempatan, ketika ada anak datang belajar mereka tidak hanya disuguhi tetapi juga visual isi buku lewat cerita dari manusianya secara langsung. Ketika sebuah buku membahas profesi tentara, maka sosok tentara yang sesungguhkan akan dihadirkan di hadapan anak-anak.
"Sehingga anak-anak mendapatkan cerita langsung dari sosok yang kami hadirkan, seperti perpustakaan manusia," ucapnya.
Ia menyadari bahwa lokasi LDT memang tidak strategis karena di ujung barat Sleman yang tidak jauh dari perbatasan dengan Bantul dan Kulonprogo. Masyarakat yang hadir pun didominasi warga sekitar, sehingga mereka mendapatkan banyak edukasi di LDT. Akan tetapi Noor Huda juga membuka peluang masyarakat di luar warga setempat untuk ikut serta. Terbukti ada puluhan mobil terparkir yang dipastikan berasal dari berbagai wilayah ikut beraktivitas di LDT hari itu. "Kami sangat terbuka untuk masyarakat yang ingin datang, tentunya gratis," ucapnya.
Bukan hanya kalangan ibu-ibu dan warga setempat, LDT juga memberdayakan individu penting lainnya seperti alumni beasiswa LPDP Australia Amsa Nadzifah, Amelia lulusan UNJ, Shindy penari profesional lulusan ISI Solo dan Rizky seorang musisi muda. Mereka berperan aktif dalam kegiatan ruang baca dan ruang seni, memperkenalkan anak-anak dengan dunia buku sekaligus berbagai profesi dari polisi hingga artis batik.
BACA JUGA: Gandeng OJK, Bank BPD DIY Tingkatkan Literasi Keuangan Mahasiswa
“Kami tidak hanya mengenalkan buku, tapi juga menghadirkan role model dari berbagai latar belakang agar anak-anak punya imajinasi dan inspirasi tentang masa depan mereka,” ujar Amsa Nadzifah yang juga Direktur Pelaksana LDT.
LDT akan terus memperluas jangkauan dan dampaknya. Dengan pendekatan yang menggabungkan budaya lokal, penguatan peran perempuan, dan sinergi lintas sektor. Noor Huda berharap dapat menjadi model gerakan literasi berkelanjutan berbasis komunitas di berbagai pelosok Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Sendratari Ramayana Prambanan Padhang Bulan Hadirkan Nuansa Magis Bulan Purnama dan Budaya Jawa nan Sakral
Advertisement
Berita Populer
- SMA KTB dan GDA Resmi Dibuka, Jadi Sekolah Internasional Unggulan Pencetak Calon Pemimpin Bangsa
- Kejati DIY Bidik Dugaan Korupsi Pengadaan Bandwidth Diskominfo Sleman, Kasus Naik ke Penyidikan
- Semangat Komunitas Terserah Book Club Jogja, Buku Apa Pun Bisa Diceritakan
- Dishub Temukan Banyak Wisatawan Parkir Kendaraan Secara Liar di Kawasan Malioboro Jogja
- Jadwal Ka Bandara YIA dari Stasiun Tugu, Senin 21 JUli 2025
Advertisement
Advertisement