Advertisement
Cuaca Buruk Rusak Panen Cabai di Kawasan Pantai Trisik Kulonprogo
Tumpukan cabai busuk yang ditemui di sejumlah sudut jalan sekitar Pantai Trisik, Kalurahan Banaran pada Kamis (13/11/2025) - Harian Jogja/Khairul Ma'arif
Advertisement
Harianjogja.com, KULONPROGO—Cuaca buruk membuat cabai di lahan pasir Pantai Trisik membusuk. Produksi cabai anjlok drastis dari 50 ton jadi 20 ton per hari.
Ketua Asosiasi Petani Cabai Kulonprogo, Sukarman, membenarkan bahwa cuaca ekstrem menjadi penyebab banyak tumpukan cabai terbuang di pinggir jalan. Terutama karena curah hujan yang tinggi tidak cocok bagi pertanian cabai di lahan pasir.
Advertisement
"Cabai yang kena hujan dampaknya busuk sebelum dipetik. Padahal cabainya sudah mulai merah, bahkan ketika masih hijau pun bisa rontok," katanya kepada wartawan, Kamis (13/11/2025).
Padahal, cabai yang berwarna merah akan segera dipanen, sedangkan yang masih berwarna hijau sudah dekat dengan masa panen.
BACA JUGA
Curah hujan yang tinggi menjadi faktor utama penyebab banyak cabai busuk berserakan di sudut-sudut jalan Padukuhan Sidorejo. "Upaya kami dengan penyemprotan menggunakan fungisida dan pestisida untuk menangani kebusukan, tetapi hanya bisa mengurangi karena cuaca susah dikendalikan," lanjut Sukarman.
Menurutnya, kondisi kebusukan ini menimbulkan penurunan jumlah panen cabai di wilayahnya. Sukarman menilai, kondisi ini akan mempengaruhi produktivitas cabai secara nasional lantaran hampir seluruh sentra pertanian cabai mengeluhkan hal yang sama. Ditambah lagi ada pengaruh jamur patek dan fusarium yang layu di akar juga menjadi kendala pertanian cabai sekarang.
"Penurunan hasil panennya bisa mencapai 30 persen," tuturnya. Menurut Sukarman, tentunya akan terjadi peningkatan harga karena barangnya semakin berkurang. Dia menjelaskan, ketika cabai sudah busuk tidak bisa dimanfaatkan sehingga harus dibuang.
Sementara itu, Dukuh Sidorejo Banaran, Jaka Samudera, menambahkan bahwa hasil cabai di Pantai Trisik memang menurun drastis. Tahun lalu, rata-rata produksi bisa mencapai 40 ton hingga 50 ton per hari. Sekarang hanya mencapai 15 ton sampai 20 ton.
"Selain cuaca hujan, juga kena penyakit yang macam-macam. Pertama penyakit kuning, kedua kena fusarium, dan ketiga kena ulat sehingga buahnya habis rontok, mungkin karena musim hujan," ucapnya. Jaka beranggapan, air hujan yang asam dan kelembapan yang tinggi menjadi penyebabnya. Berbagai macam obat yang mahal sudah disemprotkan sebagai upaya petani, tetapi tidak mampu menahan kerusakan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Kasus Suap RSUD Ponorogo, KPK Temukan Mobil Mewah dr Yunus
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement




