Advertisement
GKR Mangkubumi, Sosok Sederhana yang Terlambat Kenal Lipstik
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Buku berjudul GKR Mangkubumi Penyambung Budaya Adiluhung dan Peradaban Indonesia Modern secara resmi diluncurkan pada Jumat (26/2/2022) malam. Beragam cerita menarik dan inspiratif tersaji di buku ini terutama fakta-fakta yang jarang terungkap ke publik.
BACA JUGA: 10 Fakta GKR Mangkubumi Putri Kraton Jogja yang Jarang Diketahui: Suka Nonton Langsung Smackdown
Advertisement
Menkopolhukam Profesor Mahfud MD secara simbolis menyerahkan buku tersebut kepada GKR Mangkubumi saat peluncuran di Poenakawan Kafe. Mahfud merupakan salah satu dari 34 penulis dalam buku tersebut.
Artikel karya Mahfud kemudian menjadi judul utama buku GKR Mangkubumi, Penyambung Budaya Adiluhung dan Peradaban Indonesia Modern. Sebelum menulis artikel itu, Mahfud sempat menanyakan kepada GKR Mangkubumi terkait dengan peluncuran buku tersebut. Karena bukan sekadar formalitas, akhirnya Mahfud MD pun menuliskan sendiri artikel itu.
“Kalau sekadar formalitas saya bisa minta staf untuk menulis, tetapi karena ini serius, saya tulis dengan tangan sendiri,” ucap Mahfud MD saat memberikan sambutan.
Pengambilan judul artikel dengan menekankan pada kata penyambung melalui berbagai pertimbangan. Bagi Mahfud, GKR Mangkubumi sebagai sosok yang lahir dan besar di pusat budaya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, tetapi punya masa depan modern pernah mengenyam pendidikan di luar negeri dan sehari-sehari hidupnya sangat merakyat. Dalam buku tersebut, Menkopolhukam ini menuliskan GKR Mangkubumi menjadi tokoh istimewa di lingkungan Sultan itu sendiri.
“Kalau mau, bisa saja dia hidup angkuh atau menempuh hidup hedonis dengan glamour. Tetapi Mangkubumi yang sering disebut Mbak Mangku ini orangnya sangat sederhana, ramah dan tampil seperti kebanyakan orang,” demikian tulis Mahfud MD menggambarkan kesederhanaan seorang wanita bernama kecil RAj Nurmalita Sari itu.
BACA JUGA: Lorong Malioboro Tanpa PKL, Wisatawan Banyak di Depan Teras Malioboro
Kesederhaaannya juga digambarkan oleh sang ibu, GKR Hemas dalam buku tersebut. Sejak kecil tumbuh sebagai anak yang nerimo dan tidak banyak menuntut, selain itu selalu tampil sederhana serta tak suka dandan.
“Mulai pakai lipstik juga belum lama, itu pun dipaksa Jeng Kirono [GKR Condrokirono]. Saya dapat cerita waktu itu, pas mau kondangan, adiknya ngajak ke toilet, ‘Ayo Mbak, lipstikan’,” kata GKR Hemas yang tertulis dalam buku.
Dalam buku itu juga dituliskan sosok kesederhanaan GKR Mangkubumi versi adiknya GKR Condrokirono. Setiap pergi lebih memiliki menyetir mobil sendiri dan tidak pernah mengeluh.
Sejak kecil selalu bangun pagi, menanak nasi, hingga mencuci baju. Selain itu tidak suka barang branded dan tak suka dandan seperti sebagian besar putri kraton.
Lain lagi dengan GKR Bendara yang juga adik paling bungsu.
Ia menggambarkan GKR Mangkubumi dalam buku tersebut sebagai sosok yang sabar. Mampu ngemong roso dengan semua orang. Tanggung jawabnya yang besar, tetapi tak banyak orang mengerti sudut pandangnya sebagai perempuan, ibu, istri sekaligus anak tertua Sultan.
Kebaikan dan kesabarannya justri sering disalahgunakan oleh pihak tertentu yang kerap mencatut untuk sejumlah urusan mulai dari parkir hingga proyek besar. “Kami sering mangkel, tetapi Mbak Mangku bisa menanganinya lebih elegan. Sekaligus bisa tegas kalau dibutuhkan. Sifat kompleks yang dimilikinya itu, kami adik-adiknya enggak punya,” demikian kata GKR Bendara dalam buku tersebut.
Tiga Bab
Peluncuran buku tersebut dihadiri Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan HB X dan permaisurinya GKR Hemas, seluruh adik kandung dari GKR Mangkubumi, mulai dari GKR Condrokirono, GKR Maduretno, GKR Hayu dan GKR Bendara. Adapun tokoh yang hadir selain Mahfud MD, ada Gus Muwafiq, Profesor Sutaryo, dan Profesor Yudian Wahyudi.
Buku ini dibagi dalam tiga bab terdiri atas Bab 1 Jejak GKR Mangkubumi yang berisi berbagai tanggapan kesan, pesan serta cerita unik dan menarik dari sosok dari sejak bernama RAj Nurmalita Sari, GKR Pembayun hingga menjadi GKR Mangkubumi. Cerita ini berasal dari keluarga terdekat di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Adapun Bab II bertajuk Menjaga Tradisi Mendorong Kemajuan berisi tulisan dari puluhan tokoh yang mengenal GKR Mangkubumi dengan beragam kegiatan sosialnya. Sedangkan Bab III Sahabat Istimewa yang berisi cerita dari sahabat dekat dari GKR Mangkubumi. Buku ini diterbitkan sebagai kado Ulang Tahun ke-50 GKR Mangkubumi. Diterbitkan oleh GKR Indonesia dan Galang Press.
GKR Mangkubumi berterima kasih kepada tim penyusun buku. Menurutnya buku itu menjadi kado terindah di usianya yang sudah memasuki 50 tahun. Tulisan tersebut akan dijadikan sebagai refleksi untuk berbuat lebih baik lagi ke depan.
BACA JUGA: Pengendara di Jalan Malioboro Ributkan Skuter yang Lawan Arah
Selain itu tulisan tersebut akan dijadikan sebagai masukan dalam menjalani kehidupan ke depan.
“Saya belum baca semuanya tetapi diceritain teman-teman yang mengedit buku, yang menerima, tentu kesan dari teman menulis cukup baik terhadap saya. Saya senang di satu sisi, tetapi belum menjadi kebanggaan karena apa yang saya kerjakan, belum banyak yang saya perbuat,” ucapnya saat diwawancara di sela-sela peluncuran buku.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Menteri Imigrasi & Pemasyarakatan Sebut Rehabilitasi Narkoba untuk Kurangi Kelebihan Kapasitas Lapas
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Peringati Sumpah Pemuda, Karang Taruna Rejowinangun Gelar Rejowinangun Fest 2024
- Ruang Melamun Bisa Jadi Rekomendasi Toko Buku Lawas di Jogja
- BKAD Kulonprogo Terbitkan SPPT, Nilai Pajak Bandara YIA Tahun 2024 Rp16,38 Miliar
- Grand Zuri Malioboro Corporate Gathering Nobar Home Sweet Loan
- Pilkada 2024: Politik Uang Tak Pengaruhi Preferensi Pemilih di Kota Jogja
Advertisement
Advertisement