Tren Intoleransi Meningkat, Kampus Diminta Turut Mencegah
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Profesor Amin Suyitno menyatakan adanya tren intoleransi yang meningkat. Oleh karena itu kampus sebagai lembaga Pendidikan diminta ikut melakukan pencegahan melalui moderasi beragama.
Hal itu disampaikan dalam The 4th Islage International Symposium of Religious Literature Heritage (Simposium Internasional ke 4 tentang Literasi Keagamaan dan Warisan Kebudayaan) di UIN Sunan Kalijaga pada Rabu (2/8/2023).
Advertisement
“Tema simposium Religious Heritage on Tolerance Non-Violance, and Accommodated Traditions, sangat erat kaitannya dengan moderasi beragama. Karena saat ini Indonesia sedang menghadapi tren intoleransi yang terus naik secara signifikan, utamanya di dunia pendidikan terutama di tingkat kampus,” katanya.
BACA JUGA : Dinilai Sering Bertindak Bias, Polisi Diminta Tegas pada Kelompok Intoleran
Oleh karena itu, kampus harus dapat membantu menyukseskan terbentuknya rumah moderasi beragama dengan mengusung sisi universalisme manusia untuk mencegah intoleransi. Karena sudah seharusnya untuk memanusiakan manusia merupakan substansi moderasi beragama dan agama.
Kementerian Agama memiliki tangungjawab untuk merawat budaya nusantara. Alasannya, sebuah bangsa dikenal dengan identitas budayanya dan kearifan lokal karena keduanya merupakan integritas bangsa. Namun saat ini di Indonesia ada sebuah gejala yaitu intoleransi terhadap budaya berupa penolakan budaya lokal.
“Padahal sejarah Bhineka Tunggal Ika tidak lepas dari nilai budaya. Merawat budaya juga memiliki arti menjaga martabat bangsa, budi pekerti dan adab, agar Bangsa Indonesia tidak kehilangan pijakan,” katanya.
Rektor UIN Sunan Kalijaga, Profesor Al Makin menyatakan sepakat adanya kolaborasi bersama dalam mengembangkan keilmuan yang berpijak pada moderasi beragama dalam bingkai kemajemukan yang harmonis di Indonesia. Menurutnya tembang mijil serat centhini yang di dalamnya melambangkan perbedaan cara pandang terhadap kebudayaan namun tetap akan bermuara pada satu titik yakni keharmonisan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat.
“Setiap individu dapat sesuka hati mencari jalan, ada yang ke arah timur, barat, selatan dan utara namun semuanya akan bermuara di lautan yang sama yaitu keilmuan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat,” ujarnya.
Wakil Menteri Agama Saiful Rahmat Dasuki berharap forum tersebut memberikan dampak positif bagi negara serta membangun citra positif bahwa Indonesia adalah negara yang moderat. Tantangan terbesar yang dihadapi dalam realita kehidupan manusia saat ini terkait upaya menghadirkan semangat toleransi, seperti yang digelorakan almarhum Gus Dur.
“Dengan semangat toleransi Indonesia yang dikarunia dengan beragam suku, ras dan budaya yang melahirkan Pancasila, akan dapat terjaga. Untuk menjaga itu semua, hasil kajian GP Ansor, perlu mewaspadai tiga hal ideologi transnasional, kajian tunggal kebenaran, dan eksklusivisme jejaring,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Bawaslu Bakal Terapkan Teknologi Pengawasan Pemungutan Suara di Pilkada 2024
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Proyek Taman Jalan Affandi Ditargetkan Rampung Awal Desember, Ini Jenis Pohon yang Ditanam
- Status Siaga Darurat Bencana DIY Diperpanjang hingga 2 Januari 2025
- Kalah dari PSBS, Pelatih PSS Akui Materi Latihan 3 Pekan Terakhir Tak Jalan di Lapangan
- Angka Konsumsi Ikan oleh Masyarakat Bantul Masih Rendah
- Ini Upaya Kampus Muhammadiyah Mengantisipasi Judol di Kalangan Mahasiswa
Advertisement
Advertisement