Advertisement

Promo November

Tren Intoleransi Meningkat, Kampus Diminta Turut Mencegah

Sunartono
Jum'at, 04 Agustus 2023 - 07:17 WIB
Sunartono
Tren Intoleransi Meningkat, Kampus Diminta Turut Mencegah Pembukaan The 4th Islage International Symposium of Religious Literature Heritage di UIN Sunan Kalijaga pada Rabu (2/8/2023). - Istimewa.

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Profesor Amin Suyitno menyatakan adanya tren intoleransi yang meningkat. Oleh karena itu kampus sebagai lembaga Pendidikan diminta ikut melakukan pencegahan melalui moderasi beragama.

Hal itu disampaikan dalam The 4th Islage International Symposium of Religious Literature Heritage (Simposium Internasional ke 4 tentang Literasi Keagamaan dan Warisan Kebudayaan) di UIN Sunan Kalijaga pada Rabu (2/8/2023).

Advertisement

“Tema simposium Religious Heritage on Tolerance Non-Violance, and Accommodated Traditions, sangat erat kaitannya dengan moderasi beragama. Karena saat ini Indonesia sedang menghadapi tren intoleransi yang terus naik secara signifikan, utamanya di dunia pendidikan terutama di tingkat kampus,” katanya.

BACA JUGA : Dinilai Sering Bertindak Bias, Polisi Diminta Tegas pada Kelompok Intoleran

Oleh karena itu, kampus harus dapat membantu menyukseskan terbentuknya rumah moderasi beragama dengan mengusung sisi universalisme manusia untuk mencegah intoleransi. Karena sudah seharusnya untuk memanusiakan manusia merupakan substansi moderasi beragama dan agama.

Kementerian Agama memiliki tangungjawab untuk merawat budaya nusantara. Alasannya, sebuah bangsa dikenal dengan identitas budayanya dan kearifan lokal karena keduanya merupakan integritas bangsa. Namun saat ini di Indonesia ada sebuah gejala yaitu intoleransi terhadap budaya berupa penolakan budaya lokal.

“Padahal sejarah Bhineka Tunggal Ika tidak lepas dari nilai budaya. Merawat budaya juga memiliki arti menjaga martabat bangsa, budi pekerti dan adab, agar Bangsa Indonesia tidak kehilangan pijakan,” katanya.

Rektor UIN Sunan Kalijaga, Profesor Al Makin menyatakan sepakat adanya kolaborasi bersama dalam mengembangkan keilmuan yang berpijak pada moderasi beragama dalam bingkai kemajemukan yang harmonis di Indonesia. Menurutnya  tembang mijil serat centhini yang di dalamnya melambangkan perbedaan cara pandang terhadap kebudayaan namun tetap akan bermuara pada satu titik yakni keharmonisan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat.

“Setiap individu dapat sesuka hati mencari jalan, ada yang ke arah timur, barat, selatan dan utara namun semuanya akan bermuara di lautan yang sama yaitu keilmuan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat,” ujarnya.

Wakil Menteri Agama Saiful Rahmat Dasuki berharap forum tersebut memberikan dampak positif bagi negara serta membangun citra positif bahwa Indonesia adalah negara yang moderat. Tantangan terbesar yang dihadapi dalam realita kehidupan manusia saat ini terkait upaya menghadirkan semangat toleransi, seperti yang digelorakan almarhum Gus Dur.

BACA JUGA : JPW: Polisi Tak Boleh Kalah dengan Kelompok Intoleran, Anggota Salah Bikin Laporan Harus Dibina

“Dengan semangat toleransi Indonesia yang dikarunia dengan beragam suku, ras dan budaya yang melahirkan Pancasila, akan dapat terjaga.  Untuk menjaga itu semua, hasil kajian GP Ansor, perlu  mewaspadai tiga hal ideologi transnasional, kajian tunggal kebenaran, dan eksklusivisme jejaring,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Bawaslu Bakal Terapkan Teknologi Pengawasan Pemungutan Suara di Pilkada 2024

News
| Sabtu, 23 November 2024, 14:07 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement