Begini Jadinya, Jika Bantul Diguncang Gempa Sesar Opak 6,4 Magnitudo
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Sejumlah warga berhamburan saat terjadi gempa bumi magnitudo 6,4. Pusat gempa berada di Kapanewon Pleret, Bantul dengan kedalaman 10 Kilometer. Gempa dari Sesar Opak itu tidak hanya berdampak di Bantul, namun juga sejumlah wilayah di DIY.
Tampak ibu-ibu menangis menggendong anaknya berlari untuk menyelamatkan diri. Ada juga seorang bapak yang menangis karena anaknya tertimpa reruntuhan di dalam mobil. Beberapa warga lainnya mengalami luka-luka karena tertimpa reruntuhan bangunan rumah.
Advertisement
BACA JUGA : Sesar Opak Berpotensi Picu Gempa hingga Magnitudo 6,6, BMKG: Bantul Paling Rawan
Tidak lama, sejumlah petugas gabungan pencarian dan pertolongan mengevakuasi warga ke tempat yang lebih aman. Sejam kemudian gempa susulan magnitudo 5,0 kembali mengguncang Bantul. Warga kembali histeris ketakutan. Beberapa petugas menenangkan. Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) datang ke lokasi melakukan assesment.
Sementara petugas gabungan dari BPBD, TNI-Polri dan Basarnas kemudian melakukan evakuasi sementara para korban ke tenda darurat. Setelah dilakukan assesment, warga yang luka-luka kemudian langsung dibawa ambulance ke rumah sakit.
Pascakejadian gempa ini Kepala BPBD langsung melaporkan ke Bupati Bantul. Laporan tersebut langsung ditindaklanjuti Bupati dengan memerintahkan agar semua pihak mendirikan posko darurat untuk menangani korban. Bencana gempa bumi tersebut juga berdampak pada sejumlah wilayah di DIY sehingga Gubernur DIY menindaklanjuti dengan meningkatkan status siaga darurat.
Namun rangkaian cerita itu bukan terjadi sebenarnya. Melainkan hanya sekenario awal terjadinya gempa dalam simulasi mitigasi bencana gempa bumi di taman parkir sisi timur Stadion Sultan Agung (SSA), Bantul, Kamis (3/8/2023).
Mitigasi bencana ini diinisiasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerja sama dengan AHA Centre atau organisasi antarpemerintah negara-negara Asean. Kegiatan bertajuk ASEAN Regional Disaster Emergency Exertice (ARDEX) 2023 atau simulasi respon kebencanaan regional tingkat negara-negara Asean ini digelar sejak 31 Juli lalu.
Bantul dipilih untuk pelatihan penanggulangan bencana negara-negara Asean karena Bantul salah satu daerah rawan bencana baik gempa bumi maupun tsunami. Selain itu para perwakilan negara-negara Asean nantinya juga bisa mempelajari bagaimana warga Bantul bisa bangkit pasca diterpa gempa bumi magnitudo 5,9 pada 2006 silam.
BACA JUGA : Peta Gempa Terbaru, Sesar Mataram Ada di Jalur Tol Jogja Solo
Kepala Pelaksana BPBD Bantul, Agus Yuli Herwanta mengatakan Bantul memiliki banyak potensi bencana, terutama gempa bumi. Ada dua sumber gempa bumi di Bumi Projotamansari, yakni Sesar Opak dan Megatrust. “Yang kami simulasikan ini adalah skenario gempa Sesar Opak,” katanya.
Dalam simulasi tersebut ada juga pengerahan pemadam kebakaran akibat gempa bumi. Selain itu menyiapkan personel, dan tenda darurat. Menurutnya, simulasi yang diikuti peserta negara-negara Asean tersebut sangat bermanfaat
“Nanti ketika terjadi, tapi kita tidak berharap. Seandainya terjadi gempa, simulasi ini berguna terutama dalam menerima bantuan luar negeri. Ketika gempa besar peralatan terbatas, kami minta bantuan lewat provinsi, lewat nasional sampai internasional,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Terkait Pemulangan Mary Jane, Filipina Sebut Indonesia Tidak Minta Imbalan
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Pemkab Tegaskan Tak Ada Penyertaan Modal kepada Aneka Dharma untuk Proyek ITF Bawuran
- Warga Keluhkan Pembakaran Sampah oleh Transporter, DLH Bantul Siap Bertindak
- 2 Sekolah di Kulonprogo Ini Berpotensi Terdampak Pembangunan Tol Solo-Jogja-YIA
- Viral Aksi Mesum Parkiran Abu Bakar Ali Jogja, Satpol PP Dorong Adanya Kontrol Sosial
- Pemkot Berkomitmen Selesaikan Sampah dari Hulu sampai Hilir
Advertisement
Advertisement