Advertisement
Setiap RW di Jogja Ditargetkan Miliki Dua Biopori Jumbo

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Pemerintah Kota (Pemkot) Jogja mengupayakan pengurangan sampah organik rumah tangga dengan memperbanyak biopori jumbo berbasis rukun warga (RW). Program ini dirancang agar warga dapat mengelola sisa dapur secara komunal, sekaligus menghasilkan pupuk organik yang bermanfaat bagi pertanian perkotaan.
Wali Kota Jogja, Hasto Wardoyo, menjelaskan satu lubang biopori jumbo mampu menampung sampah dapur dari 70 kepala keluarga (KK). Dengan rata-rata jumlah KK per RW berkisar 100 sampai 120, ia menilai setidaknya setiap RW membutuhkan minimal dua biopori jumbo.
Advertisement
“Kalau satu lubang biopori jumbo itu bisa dipakai untuk 70 KK, kemudian rata-rata satu RW ada 100 sampai 120 KK, jadi setidaknya dalam satu RW ada dua biopori jumbo, sehingga sampah organik dari dapur rumah tangga bisa teratasi dan dikelola menjadi pupuk organik,” ujar Hasto, Senin (1/9/2025).
Hasto menargetkan pembangunan biopori jumbo mulai berjalan pada minggu kedua September dengan sistem gotong-royong. Selain melibatkan masyarakat, pemerintah juga membuka ruang bagi dukungan dari perusahaan swasta melalui program CSR.
Menurutnya, konsep biopori jumbo tidak hanya sebatas solusi penanganan sampah organik, tetapi juga bagian dari upaya mengembangkan pertanian perkotaan. Sampah yang terurai akan menghasilkan pupuk organik yang kemudian bisa dimanfaatkan di sawah atau kebun warga.
Lurah Sorosutan, Kemantren Umbulharjo, Muhammad Zulazmi, menyampaikan pihaknya sudah lebih dulu menjalankan program serupa yang dinamai S-PreSO atau Sumur Pemrosesan Sampah Organik. Menurutnya, Sorosutan terus berupaya menambah jumlah biopori jumbo tersebut agar pemrosesan sampah organik semakin optimal.
BACA JUGA: Berisi Kritik, Mural Karya Seniman Jogja Dirusak Orang Tak Dikenal
Zulazmi menyebut saat ini terdapat 256 biopori jumbo di Sorosutan yang terdiri dari 18 RW. Dari jumlah tersebut, 220 unit dibangun dengan dana pemerintah, sementara 36 lainnya merupakan hasil swadaya masyarakat.
Ia menilai langkah ini menjadi bentuk kesiapan wilayah Sorosutan dalam mendukung program pengelolaan sampah yang tengah digencarkan Pemkot. “Kami selalu upayakan untuk menambah jumlah, karena masih belum optimal jumlahnya. Kalau kita asumsikan satu biopori untuk 10 KK,” kata Zulazmi. “Kami kebetulan sudah membangun sebelum arahan beliau yang terbaru. Kita coba akan memunculkan swadaya masyarakat untuk menambah jumlah S-PreSO kami,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Anggaran Kementerian Kelautan dan Perikanan Naik Jadi Rp13 Triliun
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Waspadai Pohon Tumbang, DLH Kota Jogja Terjunkan Tim Khusus
- Jadwal KA Prameks Hari Ini, 3 September 2025, dari Stasiun Kutoarjo Purworejo
- Jadwal Bus DAMRI ke Bandara YIA, dari Jogja, Purworejo dan Kebumen, Hari Ini
- Jadwal KRL Solo Jogja Berangkat dari Stasiun Palur
- Jadwal KA Bandara YIA dan KA Bandara YIA Xpress, 3 September 2025
Advertisement
Advertisement