Advertisement
Gumuk Pasir Tak Seindah Dulu, Ahli Geologi Ungkap Penyebabnya
Gumuk pasir di Pantai Parangtritis. - IST/Humas Pemkab Bantul
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Dinas Pariwisata Bantul menyebut gumuk pasir Parangkusumo saat ini kondisinya sudah tidak sebagus dulu karena aktivitas wisata dan penanaman pohon. Ahli geologi menyebut pelestarian gumuk pasir harus dijaga dari hulu sampai hilir pembentukannya.
Dosen Geologi UPN Veteran Yogyakarta, Eko Teguh, menjelaskan aktivitas wisata memang bisa menjadi salah satu faktor rusaknya gumuk pasir. “Pariwisata bisa merusak ikon. Perlu diarahkan agar tidak ber-jeep ria di kawasan gumuk yang dikonservasi,” ujarnya, Kamis (31/8/2023).
Advertisement
Penanaman pohon di pantai juga bisa merusak karena menahan angin dan pasir dari pantai sehingga menghambat pembentukan gumuk pasir di atasnya. “Perlu hati-hati untuk menanam pohon, karena akan merusak gumuk pasir,” kata dia.
Di samping itu, pelestarian gumuk pasir juga harus dilakukan dari hulu pembentukannya. Ia menjelaskan gumuk pasir di sisi selatan Bantul itu memiliki sejumlah syarat untuk terus terbentuk. Pertama, sumber material pasir yang berasal dari Gunung Merapi.
Baca juga: Tekan Kejahatan Digital Jelang Pemilu, 9 Daerah Ini Dilengkapi Timsus Siber
Kedua, moda transportasi dari sumber ke laut, yakni sungai Opak. Ketiga, ombak yang membawa endapan pasir dari laut ke darat. Keempat, matahari yang mengeringkan pasir di pantai. Kelima, angin yang membawa butir pasir lebih ke darat.
Keenam, punggungan yang menghambat sebaran sehingga membentuk gumuk. Ketujuh vegetasi yang menganekaragamkan jenis. “Pelestarian mulai dari sumber, moda transportasi sungai, sampai menjaga bentukan. Jadi jangan ditambang habis di hulu, jangan dihabiskan di sungai, jangan dirusak setelah berbentuk,” paparnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pariwisata Bantul, Kwintarto Heru Prabowo, menuturkan kerusakan gumuk pasir ini terlihat dengan tidak ada berubahnya pola gumuk pasir dalam waktu yang cukup lama. “Sekarang kalau kita lihat di lapangan hampir semua titik di zona inti itu bentuknya ajeg [tidak berubah],” katanya.
Penanaman pohon di kawasan pantai dan aktivitas wisata ditengarai menjadi penyebab rusaknya gumuk pasir. “Diharapkan zona inti ini menjadi zona yang nyaman untuk dilihat, bukan dipakai untuk kegiatan yang sifatnya atraktif. Tapi saat ini belum ada istilah pelarangan. Memang nanti secara bertahap kegiatan ini nanti akan melalui satu skema [penataan],” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
KA Panoramic Kian Diminati, Jalur Selatan Jadi Primadona
Advertisement
Berita Populer
- Bantul Surati Pemprov DIY soal 1.711 KPM Diduga Judol
- Bantul Perpanjang Status Darurat Longsor Sriharjo Hingga 20 Desember
- Sleman Resmikan Perda RPIK, Target Kontribusi Industri 15,56 Persen
- Cerita Siswa Sekolah Rakyat DIY Perdana Pegang Kamera Ikuti Pelatihan
- Pemkot Jogja Fokus Perubahan Perilaku Soal Sampah lewat Jogja Cling
Advertisement
Advertisement




