Advertisement

Tren Kasus Leptospirosis di Gunungkidul Meningkat, Tercatat 13 Kasus Kematian dalam 3 Tahun Terakhir

Andreas Yuda Pramono
Jum'at, 14 Juni 2024 - 08:37 WIB
Abdul Hamied Razak
Tren Kasus Leptospirosis di Gunungkidul Meningkat, Tercatat 13 Kasus Kematian dalam 3 Tahun Terakhir Leptospirosis / Ilustrasi Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul mengungkap tren kasus leptospirosis di Bumi Handayani mengalami peningkatan sejak 2021.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Gunungkidul, Sidiq Hery Sukoco mencatat sebanyak 17 kasus leptospirosis dengan empat kematian terjadi pada 2021. Jumlah tersebut meningkat pada 2022 di mana terdapat 34 kasus dengan lima kematian.

Advertisement

"Kemudian 2023 ada 84 kasus leptospirosis dengan empat kematian, dan per Kamis [13/6/2024] ada 15 kasus dengan nol kematian," katanya, Kamis.

BACA JUGA: Kasus Leptospirosis di Sleman Terus Bertambah, Rata-Rata Banyak Ditemukan di Kapanewon Ini

Hery menjelaskan tren leptospirosis naik karena penemuan serta deteksi dini kasus yang semakin baik, sehingga laporan kasus naik. Meski tren kasus naik, namun angka kematian turun.

“Mayoritas warga yang terkenak leptospirosis adalah petani dikarenakan cemaran bakteri leptospira di lingkungan bekerja,” katanya.

Kenali Gejala Leptospirosis

Seseorang yang terkena leptospirosis akan mengalami gejala demam, sakit kepala berat, nyeri perut, mual, muntah, conjunctival suffusion, nyeri betis, dan kulit kekuningan/ ikterik. Jika terjadi keterlambatan penanganan/ pengobatan, bakteri dapat menginfeksi organ vital terutama ginjal. Inilah yang menjadi penyebab kematian.

Dinkes telah menyediakan reagen untuk deteksi dini kasus leptospirosis yang didistribusikan ke seluruh puskesmas dan rumah sakit. Tidak hanya itu, Dinkes membentuk puskesmas sentinel leptospirosis agar meningkatkan awareness tenaga kesehatan (nakes) terhadap diagnosis leptospirosis.

Setidaknya ada tujuh wilayah yang menjadi lokus kasus leptospirosis yaitu Karangmojo, Patuk, Gedangsari, Ponjong, Saptosari, Panggang, dan Tanjungsari.

BACA JUGA: 14 Warga Bantul Meninggal Dunia Akibat Leptospirosis dalam 2 Tahun Terakhir

Guna mengindarkan diri dari jangkitan bakteri leptospira, Hery menyarankan agar memakai alat pelindung diri (APD) saat bekerja. Khusus pekerja di sektor pertanian, sebaiknya petani berangkat ke sawah setelah matahari terbit. Pasalnya, bakteri leptospira akan mati jika terkena sinar matahari.

Seseorang juga perlu mengobati luka di tubuh, karena luka itu menjadi pintu masuk bakteri leptospira. Jika ada orang yang merasa mengalami gejala leptospirosis diimbau untuk langsung memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Ada Dokumen Penting Ditemukan KPK di Mobil Harun Masiku

News
| Jum'at, 13 September 2024, 16:27 WIB

Advertisement

alt

Kawah Ijen Mulai Dibuka Kembali, Ini SOP Pendakiannya

Wisata
| Sabtu, 07 September 2024, 21:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement