Advertisement

Bencana Kekeringan Belum Berdampak pada Budidaya Ikan di Bantul

Stefani Yulindriani Ria S. R
Jum'at, 23 Agustus 2024 - 13:27 WIB
Abdul Hamied Razak
Bencana Kekeringan Belum Berdampak pada Budidaya Ikan di Bantul Bupati Bantul Abdul Halim Muslih (ketiga dari kanan) saat menyaksikan panen ikan lele di Omah Lele di Kalurahan Srihardono, Kapanewon Pundong, Rabu (2/11/2022). - Harian Jogja - Ujang Hasanudin

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL–Sebagian besar pembudidaya ikan di Bantul menggunakan air sumur. Meski begitu, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Bantul mengklaim bencana kekeringan tahun ini belum berdampak pada budidaya ikan di Bantul. 

Kepala DKP Bantul, Istriyani menyampaikan belum menerima laporan adanya dampak kekeringan pada budidaya ikan di Bantul. Dia mencatat ada sekitar 70% pembudidaya menggunakan air sumur, sementara sisanya menggunakan air irigasi. 

Advertisement

Sejauh ini, katanya, penyuluh perikanan hanya mendapatkan laporan terkait pengurangan debit air untuk budidaya ikan menggunakan air irigasi.  “Yang terjadi pengurangan volume air [irigasi untuk budidaya ikan]. Namun kondisinya masih aman terkendali,” ujarnya, Jumat (23/8/2024). 

BACA JUGA: Salurkan Ratusan Tangki Air dan Pompa Air Bersih, LPS Bantu Wilayah Terdampak Kekeringan di Wonogiri

Menurut Istriyani kekeringan tahun ini diperkirakan tidak separah tahun lalu. Tahun lalu, DKP Bantul telah mengeluarkan edaran terkait langkah antisipasi yang dapat dilakukan pembudidaya ikan selama musim kemarau. 

“Kelompok teknis [pembudidaya ikan] dapat melakukan padat tebar apabila terjadi pengurangan debit air,” ujarnya. 

Kemudian, pembudidaya ikan juga diminta memberikan vitamin dan probiotik untuk meningkatkan daya tahan tubuh ikan tersebut. Menurutnya, selama musim kemarau dapat terjadi fluktuasi suhu yang drastis, sehingga dapat mempengaruhi kondisi ikan. Dengan pemberian vitamin dan probiotik, diharapkan kondisi ikan dapat terjaga. 

Meski begitu, menurutnya, DKP Bantul terus mewaspadai kondisi selama musim kemarau, lantaran puncak musim kemarau diperkirakan terjadi pada September 2024. 

“Karena [kemarau] event tahunan, lebih parah [kemarau] tahun kemarin. Agustus masih terkendali, belum kita lihat September seperti apa,” ujarnya. 

Tahun lalu menurutnya ada beberapa pembudidaya ikan yang terdampak kekeringan, antara lain di wilayah Sedayu, Banguntapan dan Piyungan. Meski begitu, luas area yang terdampak menurutnya tidak signifikan lantaran hanya berupa spot budidaya ikan. 

“Pembudidaya ikan yang menggunakan air irigasi ada yang terdampak [tahun lalu] tapi relatif sedikit. Karena air irigasi kita selalu berbagi dengan petani, [air irigasi] yang diutamakan untuk pertanian,” ujarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Jakarta Masuk 10 Besar Dunia dengan Kualitas Udara Terburuk Hari Ini

News
| Sabtu, 14 September 2024, 09:17 WIB

Advertisement

alt

Kawah Ijen Mulai Dibuka Kembali, Ini SOP Pendakiannya

Wisata
| Sabtu, 07 September 2024, 21:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement