Advertisement

Presiden Prabowo Ajak Sultan HB X Naik Maung Garuda

Yosef Leon
Rabu, 19 November 2025 - 19:57 WIB
Maya Herawati
Presiden Prabowo Ajak Sultan HB X Naik Maung Garuda Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto disambut Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di Landasan Pacu Pantai Depok, Bantul, Rabu (19/11/2025). - Ist - Pemda DIY

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto meresmikan Jembatan Kabanaran yang menghubungkan Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Bantul, Rabu (19/11/2025).

Prabowo tiba di Landasan Pacu Pantai Depok menggunakan Helikopter Kepresidenan sekitar pukul 13.30 WIB. Kepala Negara bersama rombongan menaiki Helikopter AgustaWestland 189 (AW 189) setelah menghadiri acara di Solo, Jawa Tengah.

Advertisement

Setelah mendarat, ia disambut langsung oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X

Mereka berdua bersalaman, kemudian Ketua Umum Partai Gerindra itu mengajak Sultan naik Maung Garuda, mobil nasional kebanggaan bangsa, dengan pelat nomor RI 1.

Mobil Maung yang merupakan produksi PT Pindad tersebut menjadi kendaraan dinas Prabowo semenjak dilantik menjadi Presiden RI.

Di mobil, Sultan duduk di sisi kiri Presiden Prabowo. Tampak dalam satu mobil Maung Garuda warna putih Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya.

Kemudian rombongan melanjutkan perjalanan menuju Jembatan Kabanaran yang berjarak sekitar lima kilometer. Setibanya di area jembatan, Prabowo berjalan bersama Sri Sultan menuju tengah jembatan sambil berbincang ringan. Dalam momen tersebut, Prabowo sempat memuji topi yang dikenakan Sri Sultan.

“Pak Sultan pakai topi kaya pasukan khusus,” ujar Prabowo sembari tersenyum.

Ucapan itu disambut tawa Sri Sultan. Menko Bidang Infrastruktur dan Kewilayahan (IPK), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang berjalan di belakang keduanya, ikut menimpali. “Kaya topi komando waktu itu,” katanya.

Di akhir sambutannya saat peresmian, Presiden kembali melontarkan pujian kepada Sri Sultan. “Terima kasih Sri Sultan. Saya juga tadi pangling, Sri Sultan juga tambah muda kelihatannya. Saya kira tadi kapten dari pasukan khusus,” kata Prabowo.

Peresmian ditandai dengan pemencetan bel oleh Presiden Prabowo Subianto, disaksikan Menko IPK AHY, Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo, serta Sultan HB X, dan sejumlah pejabat lainnya.

Setelah peresmian, Presiden Prabowo dengan Sri Sultan tampak serius berbincang. Sesaat kemudian, Presiden Prabowo kembali ke Landasan Pacu Depok. Lagi-lagi Prabowo mengajak Sultan untuk bersama naik mobil RI 1 Maung Garuda dari Jembatan Kabanaran menuju Landasan Pacu Depok.

Sumber Harian Jogja menyebutkan tidak ada rencana Sri Sultan satu mobil dengan Presiden Prabowo menuju Jembatan Kabanaran. Agendanya adalah Sri Sultan menjemput Presiden Prabowo di Landasan Pacu Depok dan selanjutnya menuju Jembatan Kabanaran. “Karena tahu yang menjemput langsung di landasan pacu Ngarsa Dalem [Sri Sultan], Presiden Prabowo kemudian mengajak Ngarsa Dalem satu mobil menuju jembatan. Saya kira ini bagus sekali, keduanya terlihat akrab,” ujar sumber tersebut.

Jembatan Kabanaran, yang sebelumnya dikenal sebagai Jembatan Pandansimo, memiliki panjang total 2.300 meter dan lebar 24 meter. Struktur ini terdiri dari bentang utama 675 meter, konstruksi slab on pile sepanjang 700 meter, serta jalan pendekat 925 meter. Pembangunannya menggunakan teknologi corrugated steel plate (CSP), timbunan ringan mortar busa, serta sistem peredam gempa lead rubber bearing (LRB) untuk meningkatkan ketahanan terhadap bencana alam. Proyek yang menelan anggaran Rp863,72 miliar dari APBN ini kini menjadi salah satu penghubung vital di pesisir selatan DIY, sekaligus memperkuat konektivitas Kawasan Pansela Jawa.

Nama Jembatan

Sementara itu, berdasarkan keterangan tertulis dari Pemda DIY, lokasi jembatan berada di kawasan historis lokasi pusat markas perjuangan Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwono I) melawan Belanda, yaitu Desa Kabanaran, yang saat ini masih tertinggal toponimnya sebagai Kalurahan Banaran. Secara historis, nilai penting lokasi tersebut diharapkan mampu menjiwai dan dimaknai sebagai upaya kebersamaan dalam perjuangan, ketangguhan, kebersamaan dalam mencapai cita-cita dalam kepemimpinan Pangeran Mangkubumi yang dinobatkan sebagai ‘Sunan Kabanaran’ (gelar raja sebelum dinobatkan sebagai Sultan Hamengku Buwono I), pada 11 Desember 1749.

Peristiwa penting yang menjadikan Pangeran Mangkubumi diangkat sebagai raja di Kabanaran adalah ketika tersiar kabar bahwa Susuhunan Pakubuwana II jatuh sakit, di sekitar akhir 1749. Saat kabar mengenai kondisi Susuhunan yang kritis sampai ke para pengikut Pangeran Mangkubumi, dia didesak untuk segera mengklaim takhta Mataram sebagai raja berikutnya.

Disebutkan Pangeran Mangkubumi segera memproklamasikan diri sebagai Raja Mataram, dan para pengikutnya menobatkannya di Kabanaran (atau Banaran), yang letaknya di sebelah barat Kota Jogja.

Salah satu sumber menyebut ia diangkat sebagai raja di desa Kabanaran pada Jumat Legi 1 Suro tahun Alip 1675, atau pada 11 Desember 1749 (sumber lain mengatakan pada 12 Desember 1749). Para pengikutnya mengakui sang raja baru dengan gelar Sampeyan Dalem Sinuwun Kanjeng Susuhunan Senapati ing Ngalaga Ngabdurrahman Sayidin Panatagama Khalifatullah.

Dalam sumber lain disebutkan bahwa gelarnya adalah Susuhunan Adi Senapati Ngalaga ing Banaran, atau disingkat Sunan Kabanaran.

Di Kabanaran, Pangeran Mangkubumi memerintahkan pengikutnya untuk membangun sebuah kraton, lengkap dengan pertahanan dan pemukiman di sekitarnya. Setelah pembangunan itu, Kabanaran tampak seperti sebuah kota yang makmur dengan adanya pasar yang barang-barangnya murah, turnamen-turnamen, serta diselenggarakannya acara-acara besar seperti Garebeg Mulud pada 20 Februari 1750. Kabanaran juga dikunjungi oleh para pemimpin wilayah di sekitarnya yang menunjukkan kesetiaan mereka pada Mangkubumi.

Setelah pengangkatan dan pendirian kraton, oleh berbagai sumber, Pangeran Mangkubumi kemudian lebih banyak disebut sebagai Sunan Kabanaran. Penyebutan ini bertahan hingga Pangeran Mangkubumi mengubah gelarnya menjadi Sultan Hamengku Buwana I setelah penandatanganan Perjanjian Giyanti pada 1755.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

KPK Limpahkan Berkas 8 Tersangka Pemerasan RPTKA ke Jaksa

KPK Limpahkan Berkas 8 Tersangka Pemerasan RPTKA ke Jaksa

News
| Rabu, 19 November 2025, 21:47 WIB

Advertisement

Bromo Tutup saat Wulan Kapitu, Ini Jadwal dan Aksesnya

Bromo Tutup saat Wulan Kapitu, Ini Jadwal dan Aksesnya

Wisata
| Selasa, 18 November 2025, 20:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement