Advertisement

Belasan Hektare Lahan Pertanian di Kulonprogo Berpotensi Kekeringan

Lugas Subarkah
Senin, 19 Agustus 2024 - 19:57 WIB
Maya Herawati
Belasan Hektare Lahan Pertanian di Kulonprogo Berpotensi Kekeringan Kekeringan / Ilustrasi StockCake

Advertisement

Harianjogja,com, KULONPROGO—Pemkab Kulonprogo mencatat kekeringan yang mulai terjadi di beberapa wilayah. Di sektor pertanian, ada sebanyak 13 hektare lahan pertanian yang tersebar di dua kapanewon berpotensi kekeringan.

Kepala Dinas Pertanian dan Pantan (DPP) Kulonprogo, Drajat Purbadi, menjelaskan saat ini, untuk sektor pertanian belum ada laporan kekeringan yang sudah terjadi. “Kalau kekeringan belum, artinya belum terjadi,” ujarnya, saat dihubungi, Senin (19/8/2024).

Advertisement

Meski demikian, pihaknya telah memetakan sejumlah wilayah yang berpotensi mengalami kekeringan. Totalnya ada sebanyak 13 hektare lahan kekeringan yang berpotensi kekeringan. “Sembilan hektare di Galur dan empat hektare di Temon,” katanya.

Belasan hektare lahan pertanian tersebut memiliki potensi kekeringan disebabkan posisinya yang berada di ujung atau wilayah petit dari saluran irigasi Kalibawang.

“Kalau mau musim tanam biasanya lahan dibasahi, sehingga membutuhkan air banyak. Jadi terkadang yang di daerah petit atau ujung irigasi ga kebagian,” ungkapnya.

Meski demikian, untuk saat ini kekeringan belum terjadi karena debit air dari saluran irigasi masih mencukupi kebutuhan pertanian.

“Dengan kondisi debit yang di saluran Kalibawang masih seperti sekarang, belum terjadi kekeringan. Tapi kalau umpama ada pengurangan debit, ada kemungkinan potensinya bisa terjadi kekeringan,” katanya.

BACA JUGA: Pemerintah Tetapkan Target Pertumbuhan Ekonomi Tahun Depan 5,2 Persen, Ekonom Sebut Terlalu Optimistis

Untuk mengantisipasi terjadinya kekeringan, Pemkab Kulonprogo bersama Kementerian Pertanian sudah menyiapkan pompanisasi.

“Tahun ini kami memberikan bantuan pompa, ada sekitar 48, baik dari APBN maupun APBD. Salah satunya untuk wilayah yang berpotensi tersebut,” kata dia.

Di samping itu, para petani menurutnya juga sudah banyak yang memiliki pompa pribadi sehingga bisa mengantisipasi kekeringan secara mandiri. “Biasanya kalau ada kasus kekeringan langsung kita gerakkan untuk pompanisasi,” ujarnya.

Dengan pompanisasi, menurutnya sudah cukup untuk mengatasi kekeringan yang terjadi dan mencukupi kebutuhan air untuk pertanian.

“Yang paling penting ketika ada kasus di situ ada sumber airnya. Tapi juga ada yang pakai sumur bor. Kalua yang mengandalkan sumur bor biasanya masih bisa. Rata-rata petani punya,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Tok! DPR Sahkan RUU Kementerian Negara jadi Undang-undang

News
| Kamis, 19 September 2024, 15:07 WIB

Advertisement

alt

Mie Kangkung Belacan Jadi Primadona Wisata Kuliner Medan

Wisata
| Selasa, 17 September 2024, 22:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement