Advertisement

Disbud DIY Gelar JWHF, Peringati 1 Tahun Sumbu Filosofi Jadi Warisan Budaya Unesco

Media Digital
Sabtu, 21 September 2024 - 19:07 WIB
Abdul Hamied Razak
Disbud DIY Gelar JWHF, Peringati 1 Tahun Sumbu Filosofi Jadi Warisan Budaya Unesco Iring-iringan bregada membawa gunungan ke depan Plengkung Gading dalam rangkaian acara Jogja World Heritage Festival di Jalan D.I Panjaitan Mantrijeron dalam rangka memperingatin1 tahun sumbu filosofi sebagai warisan dunia oleh UNESCO, Sabtu (21/9/2024) - Harian Jogja - Alfi Annissa Karin

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Dinas Kebudayaan (Disbud) DIY menggelar Jogja World Heritage Festival (JWHF) di Gebayanan Jalan D.I Panjaitan, Mantrijeron, Kota Jogja, Sabtu (21/9/2024). JWHF digelar mulai 21 hingga 22 September 2024.

JWHF yang pertama kali digelar ini untuk memperingati satu tahun ditetapkannya Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan dunia oleh UNESCO. Kegiatan JWHF diawali dengan aksi bersih-bersih sepanjang sumbu filosofi, mulai dari Tugu Pal Putih hingga ke kawasan Panggung Krapyak.

Advertisement

BACA JUGA: Perayaan Setahun Sumbu Filosofi sebagai Warisan Budaya Dunia, Pemda DIY Jogja World Heritage Festival (JWHF) 2024

Setelahnya, dilanjutkan dengan kirab atau iring-iringan dari 3 kelompok bergada. Kelompok bergada itu membawa dua buah gunungan, yakni gunungan kakung dan putri. Kedua gunungan itu lantas diarak dari menuju depan Plengkung Gading dan dirayah oleh warga sekitar.

Selama JWHF digelar, disediakan juga 40 stand UMKM produk kuliner dan kerajinan yang turut memeriahkan acara ini.

Kepala Disbud DIY Dian Lakshmi Pratiwi menjelaskan JWHF merupakan sub kegiatan publikasi dan promosi nominasi warisan budaya dunia. Gelaran ini dibiayai dari sumber pendanaan APBD DIY (Danais) 2024.

Dian menuturkan, JWHF kali ini mengusung tema besar "Sangkaning Dumadi". Sementara, sub tema yang diangkat yakni "Gebayanan". Tema Sangkaning Dumadi merupakan bagian dari filosofi Sangkan Paraning Dumadi. Filosofi ini mengandung makna awal dari kehidupan.

Dian menjelaskan bahwa perjalanan dari Panggung Krapyak yang tak ubahnya merupakan Yoni, menyimbolkan perempuan yang menjadi asal muasal manusia. Di sekitar Panggung Krapyak, kawasan perkampungan itu disebut Kampung Mijen yang berasal dari kata miji yaitu benih.

"Simbol yang menguatkan proses kelahiran hingga remaja adalah vegetasi tertentu yang ditanam sepanjang jalan dari Panggung Krapyak menuju Keraton Yogyakarta," ujar Dian, Sabtu (21/9/2024).

BACA JUGA: Setahun Sumbu Filosofi, Pemda DIY Fokus ke Penataan 6 Aspek Risiko Ini

Adapun JWHF 2024, lanjut Dian, merupakan awal untuk melestarikan, memanfaatkan, serta melindungi warisan budaya dunia. Kegiatan kni juga menjadi upaya peningkatan dan pemberdayaan masyarakat dan potensi seni budaya di Kawasan Sumbu Filosofi.

Kegiatan JWHF “Gebayan Fest” melibatkan semua komponen masyarakat di kawasan sumbu filosofi. Terutama dari Kelompok Kerja Teknis (POKJANIS) Kawasan Sumbu Filosofi. Mulai dari LPMK, Karang Taruna, dan tokoh masyarakat.

"Diharapkan dapat meningkatkan rasa memiliki atau handarbeni dalam bagian dari proses pelestarian nilai-nilai warisan budaya dunia," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Bawa Pulang 260 Medali, Nana Sudjana Sambut Hangat Kedatangan Kontingen Jateng

News
| Sabtu, 21 September 2024, 19:17 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Tempat-Tempat Wisata di Vietnam yang Jadi Favorit Wisatawan

Wisata
| Kamis, 19 September 2024, 23:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement