Advertisement

BPKSF Bekali Masyarakat Kawasan Sumbu Filosofi dengan Kemampuan Budaya

Media Digital
Senin, 08 Juli 2024 - 16:57 WIB
Arief Junianto
BPKSF Bekali Masyarakat Kawasan Sumbu Filosofi dengan Kemampuan Budaya Suasana sarasehan yang digelar Senin (8/7/2024) oleh BPKSF dengan tema Sufi Budaya kepada masyarakat di kawasan Sumbu Filosofi. - Harian Jogja/Yosef Leon

Advertisement

JOGJA—Balai Pengelola Kawasan Sumbu Filosofi (BPKSF) membekali masyarakat di sekitar kawasan Sumbu Filosofi dengan pemahaman budaya yang berbeda dalam sarasehan yang digelar pada Senin (8/7/2024). 

Advertisement

Pada sarasehan dengan tema sufi budaya itu terobosan dilakukan BPKSF yakni dengan pendekatan peningkatan kapasitas SDM di wilayah Kawasan Sumbu Filosofi bagi warga masyarakat setempat. 

Adapun mereka yang ikut serta dalam sarasehan itu yakni pengurus LPMK dan anggota Karang Taruna dengan harapan mereka bisa jadi penggerak di level terbawah dan gerakan ini sekaligus memberi jawaban bahwa mereka bukan lagi sebagai objek melainkan subjek. 

Kepala Seksi Edukasi, Humas dan Monitoring Evaluasi BPKSF, Budi Supardi mengatakan, pada kesempatan itu pihaknya membekali para pengurus LPMK dan anggota Karang Taruna dengan materi SI sufi budaya yang pada hari sebelumnya juga sudah dilaksanakan dengan memberikan pemahaman tentang Sangkan Paraning Dumadi

"Kami mengundang narasumber dengan harapan ingin menggali potensi yang ada di wilayah Sumbu Filosofi terutama budaya dan pariwisata," ungkapnya. 

Tidak hanya itu, pihaknya juga akan memetakan potensi yang ada kawasan Sumbu Filosofi baik tangible maupun intangble serta seni tradisi maupun kerakyatan, sehingga dengan adanya potensi itu dapat kiranya dipetakan sebarannya. 

"Karena budaya dan wisata seperti sebuah koin yang tidak dapat dipisahka tinggal bagaimana formula atau konsep ke depan dalam pemberdayaan dan peningkatan SDM masyarakat benar-benar sesuai dengan kebutuhan," jelasnya. 

Pemerintah, kata Budi dalam hal ini hanya sebagai jembatan fasilitator untuk membantu apa yang menjadi kebutuhan masyarakat tentunya sesuai dengan aturan yang berlaku. "Sudah waktunya konsep bottom up diterapkan bukan lagi top down sehingga bisa lebih tepat sasaran dalam peningkatan kesejahteraan rakyat di kawasan Sumbu Filosofi," pungkasnya. 

Anggota Tim Laboratorium Antropologi untuk Riset dan Aksi (Laura) UGM, Transpiosa Riomandha yang menjadi salah satu narasumber mengatakan ada banyak hal yang bisa dimunculkan masyarakat pada objek pemajuan kebudayaan di kawasan Sumbu Filosofi.

Mulai dari tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, permainan rakyat dan olahraga tradisional. 

"Namun masyarakat juga harus bisa menghadapi tantangan dalam pelestarian kebudayaan salah satunya keterbatasan sumber daya dan lemahnya tata kelola lembaga di tingkat komunitas," ujarnya. 

Narasumber lainnya, arkeolog dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X, Jusman Mahmud menerangkan, Jogja yang dikenal sebagai Kota Wisata bisa berpotensi mendatangkan masalah pada situasi warisan dunia Sumbu Filosofi.

Misalnya ketika tingkat kunjungan sangat tinggi, pembangunan fisik yang tidak sejalan dengan nilai dari situs atau kurangnya rencana pengelolaan pariwisata. 

"Maka dari itu harusnya ada rencana pengelolaan pariwisata yang mengedepankan aspek konservasi dan keberlanjutan khususnya pelibatan masyarakat dalam prosesnya," ucap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Mengenal 4 Trah Soekarno di DPR RI, Segini Harta Kekayaan Mereka

News
| Minggu, 06 Oktober 2024, 14:37 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Jogja lewat Diorama

Wisata
| Rabu, 02 Oktober 2024, 22:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement