Advertisement

Jemparingan Jadi Potensi Wisata Kebudayaan di Gunungkidul

Andreas Yuda Pramono
Sabtu, 28 September 2024 - 19:47 WIB
Sunartono
Jemparingan Jadi Potensi Wisata Kebudayaan di Gunungkidul Peserta kompetisi Jemparingan sedang melintasi area lapangan tenis di Kompleks Bangsal Sewokoprojo, Wonosari, Gunungkidul, Sabtu, (28/9/2024). - Harian Jogja/Andreas Yuda Pramono.

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Kebudayaan (Disbud) Kabupaten Gunungkidul menggelar lomba Jemparingan di Lapangan Tenis, Kompleks Bangsal Sewokoprojo, Wonosari, Sabtu (28/9/2024). Jemparingan atau memanah ini menjadi salah satu potensi wisata kebudayaan yang dapat dikembangkan lebih jauh.

Kepala Disbud Gunungkidul, Chairul Agus Mantara mengatakan Jemparingan sebagai potensi wisata kebudayaan bukan sekadar aktivitas biasa namun memiliki sejarah panjang dan filosofi. Hal ini memiliki latar belakang bahwa Jemparingan sebagai olahraga tradisional khas Kerajaan Mataram masih eksis hingga sampai saat ini.

Advertisement

BACA JUGA : Jemparingan, Gaya Memanah Khas Mataram Ini Ternyata Punya Makna Filosofi yang Dalam

Disbud telah menggagas Jemparingan sebagai bukan hanya potensi wisata namun menjadi destinasi kebudayaan sejak tiga tahun lalu. Pengembangan Jemparingan semakin terbuka, karena di objek-objek wisata telah muncul tempat yang dapat menjadi arena bermain.

“Kegiatan Jemparingan sebagai bidang olahraga tradisional akan kami coba dukung melalui talenta-talenta dari Gunungkidul,” kata Agus ditemui di Lapangan Tenis, Sabtu.

Agus mengaku Jemparingan tersebut digelar juga sebagai bagian dari rangkaian Hari Jadi Kabupaten Gunungkidul setelah mengalami perubahan.

Kepala Seksi Warisan Budaya Benda Bidang Warisan Budaya Disbud Gunungkidul, Eddy Sarjono mengatakan kegiatan Jemparingan sudah digelar sejak Kamis, (26/9/2024). Peserta yang ikut pada Kamis berjumlah 30 orang dan Jumat dengan 90 orang merupakan peserta pilihan Disbud.

 “Kalau hari Kamis dan Jumat memang peserta dari kami yang memilih. Mereka dari kelompok yang mengajukan proposal untuk mendapat bimbingan teknis,” kata Eddy.

Eddy menambahkan pendaftar kompetisi Jemparingan pada Jumat lebih dari 100 orang. Namun, Disbud membatasi hanya 90 orang saja. Syarat pendaftar pun harus orang Gunungkidul. Hal ini menjadi upaya Disbud untuk menumbuhkan atlet di bidang archery atau panahan.

“Ke depan bisa kami gelar di Alun-alun. Tapi perlu persiapan matang seperti sarana prasarana juga kemanan. Kalau di ruang terbuka harus benar-benar steril,” katanya.

Salah satu peserta kompetisi Jemparingan, Dwi Untari mengatakan baru memulai bermain Jemparingan pada 2021. Dia rutin berlatih tiap sore di Sasana Pameteri Projo, Sambirejo, Kapanewon Ngawen.

Menurut dia, bermain Jemparingan bukan hanya melibatkan fokus namun juga rasa atau feeling. Dengan begitu, setiap anak panah yang dilepas dapat melesat tepat sasaran.

Adapun istilah busur panah bernama Gendewa dan anak panah bernama jemparing. Harga Gendewa dapat menyentuh Rp600.000 per unit. Sedangkan, harga anak panah satu lusin menyentuh Rp400.000.

Plt Bupati Gunungkidul, Heri Susanto mengatakan Jemparingan dapat dikembangkan secara kolaboratif dari berbagai unsur untuk memberikan multiple effect bagi perkembangan perekonomian masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

KA Gajayana Tabrak Mobil Pikap di Nganjuk, Sejumlah Jadwal Perjalanan Kereta Alami Gangguan

News
| Sabtu, 28 September 2024, 21:17 WIB

Advertisement

alt

Menyusuri Assos, Permata di Aegean Utara Turki

Wisata
| Sabtu, 28 September 2024, 01:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement